Mintalah Pertolongan Allah SWT Saat Menghadapi Kesulitan
Sabtu, 03 Desember 2016
Bagaimana Pun Hebatnya Manusia Tetap Memerlukan Pertolongan Allah
Allah menciptakan manusia dengan segala keterbatasan dan kelemahannya disamping kelebihan dan kekuatannya, inilah mengapa kita memerlukan pertolongan Allah. Kita harus memahami keterbatasan dan kelemahan ini agar kita menyadari akan kelemahan kita dan mampu mengatasi kelemahannya tersebut dan menjadikanya kemuliaan.
Sebagai makkhluk, manusia lemah, manusia diciptakan dengan keterbatasan fisik dan akal. Fisik manusia tidak akan mampu menggerakan alam semesta ini dengan tenaganya, bahkan juga akal manusia dengan berbagai hasil teknologinya. Manusia sangat lemah dihadapan Allah sehingga diperlukan untuk meminta bantuan dan pertolongan Allah SWT.
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS.4:28)
Kelemahan manusia lainnya ialah bodoh. Seperti apa yang difirmankan Allah,
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,” (QS.33:72)
Memikul amanat itu memerlukan ilmu dan pengamalan yang konsisten sehingga tidak mengkhianati amanat tersebut. Apabila manusia berilmu dan mampu mengamalkannya dengan istiqamah maka terlepas dari kezaliman dan kebodohan.
Oleh karena keterbatasan-keterbatasan tersebut, manusia meskipun memiliki berbagai kemuliaan, masih memerlukan pertolongan Allah. Sungguh aneh jika ada manusia yang merasa bahwa ada urusan yang tidak memerlukan Allah, dengan kata lain tidak sejalan dengan apa yang digariskan oleh Allah. Padahal manusia itu lemah dan bodoh.
Sebagai makhluk lemah dan bodoh, sudah sewajarnya jika kita selalu meminta pentunjuk kepada Allah dan menjalankan semua petunjuk yang telah ada, yang telah tercantum dalam Al Quran dan dicontohkan oleh Rasul-Nya. Sungguh sombong manusia yang tidak memerlukan petunjuk-Nya atau mereka-rekanya sesuai dengan pikirannya sendiri.
Apakah kamu mengira akan masuk surga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.(QS. Albaqarah: 214)
Agar Mendapatkan Pertolongan Allah
Berdo’a
“Mintalah kepada-Ku pasti Aku akan kabulkan.” (QS. Al Baqarah:185)
Cara nomor satu agar mendapatkan pertolongan Allah tentu dengan cara meminta kepada-Nya. Dan seperti tertulis diayat diatas, Allah sudah berjanji akan mengabulkan permintaan kita. Maka berdo’alah!
“Tapi saya sudah berdo’a, belum juga dikabulkan.”
Serius? Sudah berdo’a?
Yuk kita baca lagi Ayat Al Quran lainnya:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada-mu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a.” [QS. Al-Baqarah: 186]
Tuh, Allah itu dekat. Allah mengambulkan permohonan orang berdo’a.
Apakah Al Quran salah? Apakah Allah akan mengingkari janji-Nya?
Jawabannya tentu tidak. Al Quran tidak mungkin salah dan pasti Allah menepati janjinya.
Jika do’a kita tidak dikabul, kira-kira siapa yang salah?
Yah, mungkin kita sendiri yang salah. Entah saat berdo’a atau sikap kita terhadap do’a. Kalau pun tidak salah, mungkin masih ada yang kurang saat kita berdo’a.
Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Murah hati. Allah malu bila ada hamba-Nya yang menengadahkan tangan (memohon kepada-Nya) lalu dibiarkannya kosong dan kecewa.” (HR. Hakim).
Hmmm, jadi mengapa do’a kita belum atau tidak dikabul? Padahal sudah sangat jelas Allah akan mengambulkan setidap do’a hamba-Nya.
Nah … ada sesuatu …. “hamba-Nya”.
Apakah kita hamba-Nya? Yang benar-benar menghambakan diri beribadah kepada-Nya? Atau hanya inget saat ada kesulitan saja?
Ini dia bahan evaluasi kita. Sejauh mana kita benar-benar menjadi hamba Allah. Atau kita sering melupakan-Nya?
Ini yang pertama, mungkin pertolongan Allah tidak datang karena kita sendiri yang salah, yang tidak benar-benar menjadi hamba, hanya inget kepada Allah saat butuh. Lain kali, kalau lagi seneng tetap ingat Allah dan beribadah dengan rajin sebagaimana layak disebut hamba Allah.
Jika merasa diri banyak dosa, masih lalai dan malas beribadah, jangan berputus asa. Allah masih bisa mengambulkan do’a kita. Kita belajar kepada nabi Yunus as saat di dalam perut ikan paus.
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan Demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (QS. Al-Anbiyaa’ : 87-88)
Lihat, bagaimana nabi Yunus as mengakui kesalahan yang beliau lakukan sehingga do’anya dikabulkan dan selamat dari perut ikan paus. Maka akui kesalahan diri kita, mohon ampun, dan teruslah berdo’a.
OK, adakah penghalang lain yang menyebabkan do’a dikabulkan?
Coba kita simak 2 hadist berikut ini:
Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila kamu berdoa, janganlah berkata, ‘Ya Allah, ampunilah aku kalau Engkau menghendaki, rahmatilah aku kalau Engkau menghendaki, dan berilah aku rezeki kalau Engkau menghendaki.’ Hendaklah kamu bermohon dengan kesungguhan hati sebab Allah berbuat segala apa yang dikehendaki-Nya dan tidak ada paksaan terhadap-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang lain. Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah ‘Azza wa Jalla maka mohonlah dengan penuh keyakinan bahwa doamu akan terkabul. Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lalai dan lengah.” (HR. Ahmad)
Ini bahan instropeksi yang kedua.
Sudahkah yakin?
Yakinkah do’a kita aka dikabulkan?
Ayo, tanya hati yang terdalam. Yakinkah … yakinkah?
Ciri orang yang yakin dia akan tenang, tidak gelisah, tidak grasa grusu, dan tidak stress. Kenapa, karena dalam hati terdalam dia yakin permintaanya akan Allah kabulkan.
Jadi, jika Anda sudah berdo’a, tenanglah. Allah akan mengabulkan koq.
Tentu saja ini baru pembahasan kecil tentang do’a. Silahkan belajar dengan membaca buku atau bertanya kepada para ustadz tentang cara, bacaan, dan adab berdo’a.
Pertolongan Allah Datang Kepada Orang yang Menolong Agama Allah
Bukan berarti Allah tidak berdaya sehingga berharap pertolongan dari manusia, tetapi ini bentuk perintah sekaligus ujian bagi kita apakah kita mau mengikuti perintah Allah. Dan Allah berjanji (yang tidak mungkin ingkar) bahwa akan menolong kita jika kita menolong agama Allah.
Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad:7)
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS.Al Hajj : 40)
Cara menolong agama Allah tiada lain dengan menegakan kalimat Allah di muka bumi, dengan cara berdakwah dan berjihad serta peduli dengan umat-Nya yang sedang dilanda kesulitan seperti saudara kita di Palestina. Ini jelas membantah pendapat yang mengatakan kita tidak usah repot memikirkan negara orang lain, sebab negara kita pun banyak masalah.
Justru dengan menolong negara orang lain, adalah bagian dari menolong agama Allah yang akan mendatangkan pertolongan Allah bagi negeri kita.
Bertakwalah Kepada Allah
Jelas, bagi yang bertakwa pertolongan Allah akan datang berupa jalan keluar dari masalah kita.
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.(QS. Ath Thalaq:2)
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya jalan kemudahan dalam urusannya.(QS. Ath Thalaq:4)
Shabar dan Shalat
Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. (QS. Al Baqarah : 153)
Sejauh mana sabar kita? Apakah kita masih mengeluh? Apakah kita masih mengatakan sabar itu ada batasnya? Jika pertolongan Allah tidak kunjung tiba, mungkin kita perlu memeriksa tingkat kesabaran kita. Sejauh mana kita tetap teguh dalam kebenaran?
Begitu juga, jika pertolongan Allah terasa jauh, bagaimana dengan shalat kita? Apakah kita hanya melakukan shalat tanpa benar-benar mendirikan shalat dalam segenap kehidupan kita. Apakah kita merasa shalat sebagai penggangu aktivitas? Apakah shalat hanya sebagai pelengkap hidup?
Sejauh mana kita mengetahui cara shalat yang benar atau hanya ikut-ikutan saja? Sejauh mana hati kita ada saat kita melakukan shalat?
Jangan dulu mengeluh karena pertolongan Allah tidak juga menghampiri kita, mungkin sabar dan shalat kita yang masih perlu benahi.
Tingkatkan kualitas dan kuantitas shalat kita.
OK, kualitas sich masuk akal, artinya kita menambah khusyu’ shalat kita. Tapi apa maksudnya kuantitas? Bukankah shalat kita sudah ditetapkan jumlah rakaatnya? 17 rakaat dalam sehari?
Betul. Itu sich shalat wajib. Kita bisa meningkatkan kuantitas shalat kita dengan menambah shalat sunatnya. Banyak kan? Ada shalat tahajud, dhuha, hajat, taubat, dan rowatib. Ayo, sudah dilaksanakan semua?
Sudahkah Kita Melepaskan Kesulitan Orang lain?
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu dari Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya“. (HR. Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).
Saya juga sedang bermasalah, butuh pertolongan, tapi harus melepaskan kesulitan orang lain? Bagaimana mungkin?
Lah, itu Rasulullah yang bersabda. Pasti benar. Ikuti saja. Jika ada teman, saudara, tetangga, atau siapa pun yang sedang kesulitan, bantu saja. Maka Allah akan melepaskan kesusahan kita. Yakin, itu hadist shahih.
Jadi bukan meminta orang lain melepaskan kesulitan kita, justru sebaliknya kitalah yang melepaskan kesulitan orang lain.
Hadits ini ditujukan buat kita. Buat saya juga buat Anda. Bukan buat orang lain. Jadi jangan menyuruh orang lain melepaskan kesulitan Anda dengan bermodalkan hadits ini. Bukan itu maksudnya. Tapi maksudnya adalah amalkan hadits ini dengan cara melepaskan kesusahan orang lain.
Tentu saja boleh (bahkan bagus) menyampaikan hadits ini kepada orang lain dalam rangka dakwah, bukan ngarep agar dia menolong Anda. Meminta tolong kepada manusia juga boleh, tapi yang terpenting kepada Allah. Manusia hanyalah wasilah. Kita juga harus bisa membedakan, kapan mengamalkan hadits ini, kapan mendakwahkan. Beda!
Jika berharap pertolongan Allah, amalkan. Bantulah kesusahan orang lain.
Sebenarnya panjang jika kita mau membahas tentang pertolongan Allah. Kita bisa terus belajar dan menggali hadits dan ayat Al Quran yang memandu kita mengatasi masalah hidup. Setidaknya, artikel ini memberikan gambaran kepada kita bahwa solusi itu ada. Bahkan solusi itu datang bersama masalah yang kita hadapi.
“Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqarah: 214)
Tetaplah usahakan dan berdo’alah agar mendapatkan pertolongan Allah yang amat dekat, tenanglah.