Ketetapan Melihat Allah Dengan Penglihatan di Akhirat
Jumat, 06 Januari 2017
Salah satu nikmat terbesar umat manusia yang paling besar di Surga kelak adalah melihat dzat Allah Ajja Wa Jalla dengan mata kepala sendiri tanpa hijab, dengan syarat seseorang harus terlebih dahulu meninggal dan masuk kedalam surga Allah SWT untuk bertemu dengan ALLAH SWT. Kenapa Melihat Allah Harus Di Surga / Akhirat ?
Firman Allah SWT dalam surat Al A’raf ayat 143
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَٰكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
Pertanyaan.
Kenapa melihat dzat Allah SWT harus di akhirat nantinya? Kenapa tidak sa’at masih hidup di dunia ini?
Jawaban.
Mengutip pendapat Imam Malik RA, bahwa manusia tidak bisa Melihat Allah didunia ini karena kelemahan (tidak sanggup) mereka akan hal tersebut (melihat zat Allah SWT), berbeda jika manusia itu sudah meninggal dan dengan amalan baiknya bisa masuk ke surga, pada saat itu kelemahan yang ada pada diri manusia sudah hilang, karena manusia diciptakan untuk hidup kekal diakhirat kelak.
Pengecualian a Melihat Allah ini hanya berlaku pada Nabi Muhammad SAW saat masih hidup di dunia, Rasulullah SAW pernah melihat zat Allah dengan mata kepalanya sendiri (menurut pendapat yang masyhur) pada malam isra’ mi’raj. Hal ini dikarenakan kemulian bagi Nabi Muhammad SAW karena status Baginda Nabi SAW sebagai Rahmatan lil ‘Alamin. Wallahua’lam.
Baca Juga : Doa Orang Teraniaya Dan Terzalimi Dalam Al-Qur’an
Firman Allah SWT dalam surat Al A’raf ayat 143
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَٰكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
Menurut akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah bahwa Allah SWT hanya bisa dilihat dengan mata kepala di akhirat kelak. Berikut kutipan dari Web Lbm Mudi Mesra Samalanga, Aceh. Yang bersumber pada Kitab Ibnu Hajar al-Haitami, Fatawa Hadisiyah, hal 154 cet. Darul Fikri.Artinya : “Dan Manakala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”.
Pertanyaan.
Kenapa melihat dzat Allah SWT harus di akhirat nantinya? Kenapa tidak sa’at masih hidup di dunia ini?
Jawaban.
Mengutip pendapat Imam Malik RA, bahwa manusia tidak bisa Melihat Allah didunia ini karena kelemahan (tidak sanggup) mereka akan hal tersebut (melihat zat Allah SWT), berbeda jika manusia itu sudah meninggal dan dengan amalan baiknya bisa masuk ke surga, pada saat itu kelemahan yang ada pada diri manusia sudah hilang, karena manusia diciptakan untuk hidup kekal diakhirat kelak.
Pengecualian a Melihat Allah ini hanya berlaku pada Nabi Muhammad SAW saat masih hidup di dunia, Rasulullah SAW pernah melihat zat Allah dengan mata kepalanya sendiri (menurut pendapat yang masyhur) pada malam isra’ mi’raj. Hal ini dikarenakan kemulian bagi Nabi Muhammad SAW karena status Baginda Nabi SAW sebagai Rahmatan lil ‘Alamin. Wallahua’lam.
Baca Juga : Doa Orang Teraniaya Dan Terzalimi Dalam Al-Qur’an