Mengapa Banyak Orang Yang Gagal Dalam Membangun Bisnis/Startup
Rabu, 21 September 2016
www.theo-sonatha.blogspot.co.id Sudah jelas kalau kita bandingkan jumlah bisnis/usaha yang berhasil dengan yang gagal pasti lebih banyak yang gagal. Faktanya sedikit sekali entrepreneur yang berhasil membangun bisnis yang bisa bertahan lebih dari 5 tahun. Untuk setiap satu cerita pengusaha sukses yang kita dengar, ada ratusan cerita pengusaha gagal yang menghilang ditengah euforia tersebut.
Namun bukan berarti kita harus pesimis terhadap dunia bisnis, kenyataan memang mengerikan, tapi jauh lebih baik kita belajar dari apa yang menyebabkan banyak orang gagal dalam berbisnis. Saya sendiri merasa lebih banyak belajar dari pengusaha yang gagal ketimbang cerita-cerita sukses yang sering bertebaran di media.
Jadi mengapa banyak orang gagal dalam membangun bisnis/usaha/startup?
Beberapa alasan yang paling sering terjadi yaitu:
- Tidak ada yang membutuhkan (no market)
- Kehabisan dana/modal
- Tim berisi orang-orang yang salah
- Kalah bersaing dengan kompetitor
- Masalah harga (tidak dapat menentukan harga yang tepat)
- Produk yang kurang bagus
- Model bisnis yang buruk
- Pemasaran/marketing yang jelek
- Menghiraukan customer
- Berada pada waktu/timing yang tidak tepat
- Tidak fokus
- Hubungan internal yang kurang harmonis (baik tim ataupun investor)
- Pivot yang malah memperburuk keadaan
- Kurang passion
- Lokasi yang tidak strategis
- Tidak menarik dimata investor/pemodal
- Masalah hukum/legal
- Tidak mendengarkan nasihat/saran yang ada
- Keburu cape/kehabisan uang sebelum sukses
- Gagal pivot/pindah haluan
Itulah 20 alasan gagal yang sering terjadi pada sebuah bisnis/startup, namun saya memiliki 3 poin tambahan yang ingin saya bahas lebih dalam lagi disini.
Mari kita pelajari satu per satu.
1. Mayoritas ide yang ada itu buruk
Banyak orang percaya bahwa kunci kesuksesan sebuah bisnis adalah ide yang baik. Masalahnya adalah ide brilian itu menjebak. Ide yang lebih baik bukan berarti akan membawa kesuksesan saat dieksekusi, cobalah lihat bisnis media di Indonesia yang sering dihujat kurang inovasi/kreativitas dan sebagainya.
- Acara yang ngejiplak program luar tapi malah banyak yang ngomongin/share (malah bantu marketing).
- Konten di internet berbau hoax/dewasa tapi banyak yang baca dan viral.
- Berita/gosip settingan dan cenderung dibuat-buat tapi ramai dan sering trending.
- Sinetron berseri-seri tapi tetap banyak yang nonton.
Jadi salah siapa? Pada akhirnya semua bisnis tujuannya diciptakan untuk memenuhi “keinginan Anda”.
Mengapa harus mengambil resiko dengan “ide baru” kalau dengan ide yang lama tetap bisa menghasilkan profit yang semakin tinggi. Ide baru itu beresiko tinggi, toh semua pebisnis bukanlah Steve Jobs, coba bandingkan sharing & rating acara TV mana yang paling banyak mendapat trafik? Coba bandingkan konten apa yang paling populer di internet, tentu kita semua tahu jawabannya: konten yang cenderung sama (bahkan plagiat) dan diulang lagi, lagi, dan lagi.
Sebagai pebisnis Anda bertaruh dengan masa depan yang tidak pasti, tentu Anda perlu melihat data yang ada untuk menentukan ide seperti apa yang ingin Anda eksekusi, biar bagaimanapun entrepreneur juga harus berhati-hati dengan resiko khususnya dalam masalah uang.
Mengapa banyak ide bisnis yang gagal? Karena mayoritas ide yang ada itu buruk, Anda mencari sebuah ide yang fresh dan tertarik karena celahnya masih kosong (tidak ada persaingan) namun biar bagaimanapun memiliki kompetitor tetap jauh lebih baik daripada tidak ada sama sekali, jika tidak ada siapapun yang bermain disana bisa jadi karena memang market tersebut bukanlah area yang bagus untuk membangun sebuah bisnis. Sehingga ini membawa kita kepada no. 2 …
2. Ide yang bagus kebanyakan sudah dimonopoli oleh pebisnis besar
Ide yang buruk tidak layak dieksekusi dan yang lebih buruk lagi ide yang bagus rata-rata sudah diambil oleh pemain besar yang memiliki modal tak berseri.
Ingat prinsip pareto dimana 80% market dikuasai oleh 20% pemain besar dan sisa 20% market yang ada diperebutkan oleh 80% pemain-pemain kecil seperti UKM dan bisnis perseorangan.
Semakin bagus idenya semakin kompetitif persaingannya. Yang mau sukses bukan hanya Anda, semua orang juga mau sukses. Untuk setiap bisnis yang berhasil mendapatkan porsi market yang ada, pasti ada bisnis lain yang tidak kebagian porsi market tersebut.
Contohnya youtuber yang belakangan ini sedang tren. Marketnya sangat menjanjikan karena penikmat konten YouTube di Indonesia sangat banyak, pasarnya masih terus bertumbuh dan nantinya masa depan entertainment akan lebih kearah digital (YouTube), namun kesempatan untuk setiap youtuber bisa mendapatkan viewers itu sangat terbatas, toh setiap orang hanya punya 24 jam dalam sehari, ditambah lagi prioritas algoritma YouTube sekarang adalah watch time (jumlah waktu kunjungan) artinya mereka yang bisa mendapatkan kesempatan promosi adalah mereka yang bisa membuat orang lain menghabiskan banyak waktu di channel mereka secara keseluruhan.
Untuk setiap youtuber yang mendapatkan perhatian dari penonton pasti ada youtuber lain diluar sana yang terabaikan.
Market itu terbatas, dan yang lebih menyulitkan lagi adalah banyak bisnis yang sudah menguasai market terus bertahan karena diwariskan turun-menurun (misal dari bapak ke anak), artinya ide bagus yang masih layak untuk dieksekusi jumlahnya semakin terbatas dan kalau adapun juga pasti persaingannya semakin tinggi.
3. Manusia itu plin-plan
Orang bisa saja berbohong, berbuat curang, mencuri, dan membuat kesalahan-kesalahan lainnya. Apa yang sering dikatakan orang belum tentu sama persis dengan apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya. Terlebih manusia pasti sering membuat kesalahan, termasuk pebisnis yang sudah sukses. Contoh:
- Google pernah ingin dijual kepada Yahoo (bisnis besar saat itu), ditolak dan akhirnya Google mencoba peruntungannya sendiri. Sekarang lihat tragisnya akhir dari Yahoo dan bagaimana Google menguasai dunia teknologi saat ini.
- Walt Disney pernah ditolak saat melamar sebagai kartunis untuk sebuah koran karena dianggap “kurang imajinasi”.
- Michale Jordan bahkan pernah tidak diterima kedalam tim basket saat masih SMA.
- Steve Jobs pernah dipecat dari Apple (perusahaannya sendiri), kembali lagi, dan sukses membawa Apple dari hampir bangkrut menjadi perusahaan paling bernilai didunia.
- Lucunya Jan Koum pernah melamar bekerja di Facebook dan tidak diterima, lalu mendirikan WhatsApp yang akhirnya malah dibeli oleh Facebook seharga 19 miliar dolar.
Artinya manusia bisa saja salah dan keliru, termasuk mereka yang sudah sukses.
- Walaupun Anda hebat, kemungkinan orang lain menganggap Anda biasa saja sehingga mereka tidak akan memilih Anda.
- Atau sebaliknya, ada orang brilian yang datang kepada Anda dan bersedia membantu, tetapi Anda menganggap mereka kurang kompeten dan akhirnya Anda memilih orang lain (orang yang salah).
Jadi untuk sukses dalam berbisnis Anda harus betul-betul tahu apa ide yang layak dieksekusi sesuai dengan keadaan, apakah Anda memiliki resource dan lingkungan yang dibutuhkan? Dan faktor keberuntungan juga sangat-sangat berpengaruh dalam semua ini.
Mungkin ide Anda bagus, Anda memiliki modal dan tim yang berisi orang-orang hebat, tapi Anda juga perlu keberuntungan seperti timing dan keadaan masyarakat.
Bagaimana keadaan finansial market yang ada, bagaimana dengan daya beli dan selera masyarakat, apakah ada perubahan tren nantinya, atau mungkin akan muncul sistem baru yang menghancurkan sistem lama yang sudah ada.
Itu semua terkadang ada diluar kendali kita. Siapa dulu yang bisa menyangka kalau kerajaan Blackberry (smartphone populer saat itu) akan tergusur oleh smartphone iOS dan Android? Itulah bisnis, faktor keadaan dan keberuntungan juga sangat berpengaruh, tidak heran mengapa sebagian besar bisnis akhirnya dikuasai oleh pemain besar karena mereka bisa menghandle segala resiko yang ada (karena memiliki modal dan cadangan finansial yang baik), berbeda dengan pemain-pemain kecil yang mungkin untuk menjalankan satu bisnis sederhana saja sudah harus mempertaruhkan nasib/nyawanya.
Akhir kata bisnis bukanlah satu-satunya jalan hidup, tidak semua orang cocok berbisnis, entrepreneur bukanlah orang bodoh yang asal nekat mengambil resiko begitu saja, justru kebalikannya entrepreneur itu sangat berhati-hati dengan resiko, maka dari itu banyak-banyaklah belajar dari mereka yang gagal dan juga mereka yang sukses.
Selalu ada 2 sisi dari mata koin yang berbeda, lihat dari sudut pandang yang berbeda, mengapa bisnis A bisa sukses, mengapa bisnis B malah jatuh, dan ingat jangan terlalu banyak berpikir, analisa secukupnya dan jika yakin segera mulai langkah pertama Anda.
Kesimpulannya adalah Anda bisa belajar banyak dari sebuah kegagalan daripada ratusan kesuksesan yang sama (the same hamburger). Orang sukses bukan hanya belajar dari kegagalannya sendiri, tetapi juga dari kegagalan-kegagalan orang lain. Dan lebih bagus lagi kalau Anda bisa belajar dari mereka yang dulunya gagal sampai akhirnya berhasil mencapai kesuksesan (from nothing to something).
Belajar dari kesuksesan orang lain, belajar dari kegagalan orang lain, dan tentu belajar dari kegagalan diri sendiri, niscaya hanya kesuksesan diri sendiri yang akhirnya tersisa untuk Anda.
Baca Juga :