Orang Yang Selalu Merasa Dirinya Paling Benar

Mengapa orang ingin selalu merasa dirinya paling benar bahkan disaat salah? Orang akan menjawabnya simpel karena manusia itu egois dan tidak mau kalah. Memang ada betulnya, sadar atau tidak sadar kita sebagai manusia pasti memiliki ego, namun lebih dari itu sebenarnya kita sendiri tidak tahu persis mana yang betul-betul benar dan mana yang betul-betul salah (we have no idea).

Bagaimana cara kita menentukan sesuatu sebagai kebenaran?

Kita menentukan kebenaran berdasarkan ajaran lingkungan, pengalaman, dan pemikiran logis diri sendiri, dari situlah kita menyimpulkan sesuatu sebagai kebenaran. Artinya kita mengasumsikan kebenaran kita sendiri, apa yang kita anggap benar belum tentu orang lain anggap benar, karena jelas lingkungan, pengalaman, dan cara berpikir setiap orang berbeda.

Orang jahatpun tidak akan merasa dirinya jahat, orang jahat merasa bahwa dialah yang baik dan benar. Saat seseorang merasa dirinya lebih baik, lebih benar, mereka akan cenderung menghakimi orang-orang yang mereka rasa tidak sebenar dan sebaik mereka, karena itulah kita sering melihat banyak haters diinternet.

Internet adalah contoh yang betul-betul membuktikan disaat seseorang memiliki kekuatan untuk bersuara tanpa konsekuensi apapun (karena merasa anonim/tanpa identitas), maka sebagian besar orang akan menjadi semena-mena terhadap hak tersebut.

Masalahnya adalah kita sangat mudah dimanipulasi terutama oleh media dan lingkungan.

Terkadang apa yang lingkungan/media anggap sebagai kebenaran itu kita adaptasikan pula menjadi kebenaran kita sendiri. “Tapikan kita punya logika untuk berpikir?”, ya namun manusia itu sendiri sangat lemah terhadap logika dan cenderung lebih mudah dikuasai emosi.

Toh manusia bisa menemukan logika dalam alasan apapun, mereka akan menggunakan logika sebaik mungkin bukan untuk mencari kebenaran, melainkan untuk “membenarkan” kebenaran yang sudah mereka percayai.

Tanpa sadar emosi kita mempengaruhi sudut pandang kita lebih jauh dari yang kita bayangkan. Itulah sebabnya kita lebih mudah ikut-ikutan membenci orang yang media/lingkungan kita anggap tidak benar, iri terhadap mereka yang sukses dengan cara yang menurut kita tidak adil, dan selalu menemukan ribuan alasan mengapa kita berada dijalan yang benar dan mereka yang salah.

Apakah salah kalau kita selalu merasa paling benar?

Tidak ada yang salah karena ini memang sifat alami manusia, ini bukan masalah benar atau salah, ini adalah kenyataan bahwa setiap manusia memang membutuhkan kebenarannya sendiri-sendiri. Manusia harus berpegang pada sebuah prinsip yang mereka anggap sebagai kebenaran dan melawan apa yang mereka anggap sebagai kejahatan.

Namun cara membela kebenaran itu bukan dengan memaksa orang lain menerima sudut pandang kita karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jika manusia sudah yakin dengan kebenarannya, maka mereka tidak akan bisa menerima sesuatu yang mereka anggap tidak benar apapun fakta dan logikanya.

Karena itulah ada toleransi. Hellen Keller mengatakan bahwa hasil terbaik dari pendidikan adalah toleransi. Kemauan kita untuk mengerti perasaan dan menghargai pemikiran orang lain, setiap orang pasti memiliki masalahnya sendiri-sendiri dan memperjuangkan apa yang mereka anggap benar.

Apapun itu masih bisa ditolerir selama belum melewati batas hukum dan moral. Cara melakukan kebenaran sama pentingnya dengan kebenaran itu sendiri. Mereka yang memaksakan kebenarannya dengan cara yang salah sama saja dengan merusak kebenaran tersebut.
http://theo-sonatha.blogspot.com/2016/09/orang-yang-selalu-merasa-dirinya-paling.html
sumber gambar: Stanley Colors
Itulah sebabnya suka ada stigma negatif terhadap suatu agama/golongan tertentu karena sebagian umatnya ada yang anarkis memaksakan kebenarannya. Kalau caranya salah, apapun yang disampaikan akan menjadi salah.

Daripada berdebat menentukan mana yang benar dan mana yang salah, jauh lebih baik memutuskan kebaikan yang bisa dilakukan bersama sebagai jalan keluar, pada akhirnya yang lebih penting bukanlah siapa yang benar dan siapa yang salah, melainkan siapa yang bisa menghargai orang lain sebagai manusia dan menahan egonya demi kebaikan bersama.

Hidup ini bukanlah untuk menentukan saya benar dan Anda salah, atau Anda benar dan saya salah, tetapi untuk hidup harmonis sebagai manusia dan belajar untuk saling menghargai.

Respect and value human’s life.

note: Ilustrasi diatas bukan ajakan untuk menjadi anti agama/anti politik. Komik dan lagu (Imagine) tersebut hanya berusaha mengkomunikasikan bahwa apapun kepercayaan kita, kita harus menjaga kedamaian dibumi bersama-sama sebagai umat manusia. Sesimpel itu

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel