Pernahkan Anda mempertanyakan kebenaran suatu berita baik itu di televisi atau media seperti internet ?
Jumat, 21 Oktober 2016
Mungkin kita sudah sering mendengar berita hoax (berita ya, bukan gosip) di internet baik itu portal berita atau forum, namun kita bertanya-tanya mengapa berita hoax tersebut tetap ada dan terus bermunculan. Apakah ini semua disengaja? Kenapa seolah-olah media tidak pernah kehabisan berita hoax untuk diperlihatkan kepada publik. Apakah kepercayaan masyarakat sudah bukan hal yang penting? Atau memang sejak awal media hanya mementingkan kepentingan bisnisnya tanpa peduli dampaknya pada masyarakat.
Kenyataannya adalah “Media memberikan apa yang Anda mau”.
what memeTayangan yang sering kita lihat di televisi adalah “tayangan yang ingin masyarakat tonton”, berita yang sering kita lihat di media adalah “berita yang ingin masyarakat dengar”, dan acara yang sering kita lihat di berbagai media adalah “acara yang ingin kita konsumsi”.
Tidak perlu diragukan lagi bahwa konten edukatif kurang begitu populer dibandingkan dengan hiburan & sensasi khususnya di Indonesia. Kita menggunakan televisi, media, dan internet sebagian besar untuk hiburan/entertaining, karena akan sangat melelahkan jika setelah seharian Anda beraktivitas di sekolah/kantor lalu pulang membuka televisi/internet dan membaca tentang edukasi yang akan memeras otak Anda kembali setelah bekerja.
Mengapa program televisi yang ada begitu buruk, acara-acara tidak berkualitas, tayangan yang kurang mendidik dan sebagainya? Beberapa dari kita berpikir bahwa media ingin membodohi masyarakat, karena biaya produksi yang murah, karena media hanya peduli rating & share, karena media hanya peduli profit dan sebagainya. Tapi jika Anda berpikir lebih kritis sebenarnya media memberikan apa yang Anda mau. Media memberikan sesuatu dengan tujuan supaya “orang menonton” yang artinya mereka memberikan apa yang Anda inginkan, jika Anda ingin sesuatu yang berbeda maka media akan memberikannya. Jika masyarakat ingin sesuatu yang berbeda mereka akan mendapatkannya. “The ugly truth is” apa yang ada di televisi/media adalah apa yang masyarakat inginkan. Mayoritas masyarakat di Indonesia ingin menonton itu.
“Society want to turn on the television and turn off their brain. And that’s what they get.”
Lalu pertanyaannya adalah apa hubungannya dengan berita hoax yang sering kita dengar..? Apakah masyarakat ingin mendengar hoax..? Mari kita pelajari sedikit demi sedikit disini.
Kenyataan/realita yang ada di dunia maya (televisi, media, internet, dll) hampir tidak ada hubungannya dengan fakta, ingat bahwa media adalah “bisnis” yang bidang utamanya adalah “entertainment”. Disini kita harus sadar terlebih dahulu bahwa saat Anda memasuki dunia maya artinya Anda masuk ke dunia “bisnis entertainment” dan kenyataannya adalah hampir tidak ada fakta dalam dunia “entertain”, it’s all scripted, setting and played by entertainer. Semua itu sudah menjadi paket untuk kita konsumsi, apapun yang kita lihat disana adalah apa yang “media ingin Anda lihat”, semuanya ada dalam kontrol media dan kita hanya punya 2 pilihan yaitu menontonnya atau tidak.
Kembali lagi pada pertanyaan, lalu mengapa kita sering mendengar berita hoax? Tugas media adalah memberikan apa yang Anda mau, maka media akan mempelajari, meneliti, dan menganalisa apa yang ingin masyarakat dengar. Berikut hal-hal yang ingin masyarakat dengar:
– Berita yang heboh/ramai/tren atau sedang menjadi perbincangan (crowd effect)
Orang suka melihat sesuatu yang heboh atau berkumpul di suatu keramaian, dan itu sangat wajar. Ketinggalan sesuatu yang sedang tren/populer tentunya membuat kita tidak nyaman dan terkadang dapat berbahaya (kurang update terhadap informasi).
Sekarang Anda mengerti mengapa “Farhatbass” (apalah itu namanya) bisa sering nongol di berita.
– Berita yang negatif
Orang-orang suka melihat konflik, berita yang negatif dan kontroversi akan lebih mengundang perhatian ketimbang berita positif atau kejadian yang biasa-biasa saja. Apalagi jika konflik tersebut dapat mempengaruhi kehidupan Anda (contoh: begal). Judul headline “Begal ada disekitar kita” tentu akan lebih menjual ketimbang “Begal sudah mulai berkurang” dan kita sangat mudah terpancing dengan berita yang dapat mempengaruhi bahkan mendesak kehidupan kita.
Sekarang Anda mengerti mengapa banyak isu rasis, agama, politik, dan sebagainya.
– Berita yang mendukung apa yang telah kita percayai (the effect of confirmation)
Peneliti mengungkapkan bahwa jika suatu fakta mendukung apa yang kita telah percayai maka kita akan mudah menerimanya. Sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang kita percayai akan sulit diterima dan cenderung diabaikan.
Itulah sebabnya ramalan seperti nasib atau zodiak lebih dipercaya jika hasil yang kita dapat sesuai dengan keinginan kita. Percayakah Anda dengan karakter berdasarkan golongan darah? Percaya atau tidak, media/berita memainkan permainan yang sama.
Tentu tidak semua berita yang kita dengar adalah hoax, tapi dengan membaca artikel ini Anda bisa sedikit membedakan mana yang asli dan mana yang palsu.
Lalu kembali muncul pertanyaan apa untungnya menyajikan berita hoax kepada masyarakat? Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, media (televisi, internet, koran, dan semua media lainnya) adalah “bisnis” dan Anda adalah konsumennya, media memberikan apa yang konsumen inginkan, produk dari media adalah “perhatian Anda”, Anda dapat dengan mudah menghancurkan media dengan cara tidak memberi perhatian Anda, namun media sangatlah pintar memainkan ketiga poin diatas, mereka akan menyajikan suatu isu yang sedang hot/heboh dan cenderung negatif tanpa perlu berlawanan dengan apa yang telah Anda percayai.
Beberapa dari mereka sangat expert dalam menyajikan “berita yang perlu dipertanyakan” ini dan biasa kita sebut mereka “politisi”. (now you know why)
Jika Anda ingin menghentikan program TV yang tidak berpendidikan cukup abaikan dan jangan menonton acara tersebut. Jika Anda tidak ingin melihat berita negatif/hoax di internet dan social media cukup abaikan berita tersebut (beberapa dari kita malah ikut berkomentar bahkan share berita tersebut).
Penjual rokok tidak akan menjual rokok jika tidak ada pembelinya, penjual narkoba tidak akan menjual narkoba jika tidak ada penggunanya, dan hal tersebut juga berlaku pada bisnis media. Anda punya kekuatan untuk mengubah.
Baca Juga :