Kapan Kita Harus Bersikap Jujur & Kapan Kita Harus Berbohong
Jumat, 16 September 2016
www.theo-sonatha.blogspot.co.id Kejujuran memang hal yang sangat baik, namun ada saatnya dimana tidak jujur (bohong) menjadi pilihan yang lebih baik ketimbang jujur terbuka secara blak-blakan. Tidak semua orang suka blak-blakan, karena itu sebelum memberi saran atau komentar terhadap orang lain, perhatikan apakah mereka bisa menerimanya atau tidak. Jika dirasa bisa maka jujurlah, jika tidak maka “bumbui” dengan sedikit pemanis. Anda harus mempertimbangkan konsekuensi yang terjadi saat terbuka blak-blakan, apakah orang tersebut akan tersinggung atau tidak. Pahamilah kapan harus jujur dan kapan tidak.
Dari sini kita dapat mengerti bahwa terkadang masukkan terbaik itu datang dari orang yang kita tidak kenal (orang asing). Mengapa? Karena mereka biasanya memberikan masukkan secara jujur dan original. Orang-orang yang kita kenal cenderung menjaga perasaan kita dan tidak terlalu jujur mengenai pendapatnya.
Selain itu kita juga perlu tahu kapan harus jujur mengenai kondisi diri kita sendiri dan kapan tidak. Perlukah kita menunjukkan kelemahan atau kondisi kita yang sebenarnya disaat genting? Disaat sulit terkadang menunjukkan kelemahan malah bisa menjadi blunder karena orang lain termasuk teman kita sendiri cenderung meninggalkan kita disaat seperti ini, namun jika kita tidak terbuka dengan kondisi kita maka kita juga menghilangkan kesempatan orang lain untuk membantu kita.
Karena itu perhatikanlah beberapa hal berikut :
Penampilan itu sangat berpengaruh dan penting.
Anda pasti sering mendengar “don’t judge a book by it’s cover”, tetapi kenyataannya cover buku bisa jauh lebih penting dari isinya. Toh semua buku ditutup sampul, apa yang Anda nilai? Pasti covernya. Hal ini juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari, sebelum mengenal orang lain maka yang kita nilai pertama kali adalah penampilannya. Penampilan Anda sangat mempengaruhi bagaimana orang lain memperlakukan Anda baik secara sosial, profesional, dan bahkan didunia maya. Hal terbaik yang bisa Anda lakukan untuk diri Anda sendiri adalah menentukan “image” seperti apa yang ingin Anda berikan terhadap orang lain.
Jika Anda bisa membuat persepsi dalam pikiran orang lain bahwa Anda baik, maka mereka akan memberikan respon positif dan menjalin interaksi yang baik dengan Anda.
Apa yang orang lain pikirkan tentang Anda itu penting.
Beberapa orang suka berkata “saya gak peduli apa yang orang lain pikirin tentang diri saya”, namun sebagian besar ini adalah omong kosong. Setidaknya mereka ingin dianggap sebagai orang yang “tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain”. Apa yang orang lain pikirkan tentang diri Anda itu penting, dan kenyataanya Anda harus peduli dengan itu namun tidak perlu semua orang. Terlalu cuek terhadap opini dan masukkan orang lain juga bisa menyebabkan kerugian yang tidak Anda duga. Pedulilah dengan apa yang orang-orang terdekat pikirkan tentang Anda, dan abaikan sebagian orang yang memang tidak penting untuk hidup Anda.
Orang-orang hanya peduli dengan apa yang bisa Anda lakukan untuk mereka (dan ini wajar)
Saat melamar kerja, perusahaan hanya peduli dengan apa yang bisa Anda berikan terhadap perusahaan tersebut, saat Anda berteman dengan seseorang, mereka juga mempertanyakan “value” apa yang bisa Anda tambahkan dalam hidup mereka, tetapi ini bukanlah hal yang negatif karena kitapun juga berpikir demikian.
Karena itu ada yang namanya networking. Sebuah konsep dimana kita saling dipertemukan dengan orang-orang yang dapat melakukan sesuatu untuk kita. Memang networking itu sendiri terlihat seperti saling memanfaatkan, kita datang ke suatu event dimana kita mencari koneksi atau orang lain yang sama-sama ada maunya.
Namun networking bisa berguna jika dilakukan dengan tepat. Hargai seseorang sebagai manusia (personal), bukan karena “siapa dia”, “dia bisa ini” atau “dia bisa melakukan sesuatu untuk Anda”, fokuslah pada membantu orang lain ketimbang hanya mencari bantuan, pada akhirnya mutualisme hanya bisa terjadi kalau kita juga memberikan value untuk orang lain.
Inilah sebab banyak orang gagal dalam membangun koneksi, karena mereka tidak memiliki apapun lalu datang meminta bantuan, meminta kenalan, berharap orang lain mau membantunya padahal dirinya sendiri tidak memiliki value yang berarti. Apakah Anda mau berkoneksi dengan seseorang yang tidak membawa value apapun dalam hidup Anda?
Pada akhirnya kita semua mempertimbangkan apa yang orang lain bisa lakukan/berikan untuk hidup kita.
Dalam membentuk image diri sendiri ada 2 cara yaitu :
- Secara tidak jujur –> fake it till you make it (dengan sedikit manipulasi)
- Secara terbuka blak-blakan (terus terang)
Cara pertama memang sedikit tidak jujur (cenderung berbohong) sedangkan cara kedua kebalikannya kita sangat terbuka dan terus terang. Namun ada saatnya dimana Anda harus berbohong (fake it till you make it) dan saat Anda harus jujur terbuka.
Dalam membangun reputasi maka sebagian besar cara yang efektif adalah dengan manipulasi atau lebih kita kenal dengan istilah fake it till you make it, sedangkan kita harus jujur terbuka dengan orang-orang yang betul-betul peduli dengan diri kita seperti keluarga dan teman-teman dekat.
Pada akhirnya hanya mereka yang betul-betul peduli dengan Anda yang akan membantu Anda.
Mereka yang betul-betul peduli dengan Anda adalah mereka yang peduli secara personal, mereka peduli karena “diri Anda”, bukan karena Anda bisa melakukan “sesuatu” untuk hidup mereka atau apapun itu. Merekalah yang akan menemani Anda disaat senang dan susah, sedangkan mereka yang hanya peduli terhadap “apa yang bisa Anda lakukan untuk mereka” tidak akan membantu disaat sulit dan justru akan meninggalkan Anda, mereka berpikir tidak ada untungnya berhubungan dengan orang yang sedang susah dan kitapun juga melakukan hal yang sama.
Jadi jujurlah terbuka pada mereka yang betul-betul peduli dengan Anda, dan sedikit tertutup mengenai keadaan Anda (khususnya disaat sulit) terhadap mereka yang tidak peduli dengan Anda secara pribadi. Mereka yang berhubungan hanya untuk mencari kesempatan hanya tertarik dengan kesempatan yang bisa Anda datangkan, sehingga jika Anda bisa memberikan kesan menguntungkan untuk orang-orang seperti ini maka mereka juga akan memberikan Anda kesempatan untuk mencoba dan membuktikannya.
Karena itu pintar-pintarlah dalam masalah kejujuran. Tidak selamanya terbuka itu baik untuk diri Anda, dan tidak selamanya juga berpura-pura (fake it till you make it) selalu membawa keuntungan.
Beberapa orang akan menganggap kita bodoh jika terlalu terbuka mengenai keadaan kita apalagi disaat sulit, seolah seperti kita sedang membuka aib, sehingga kita harus memberikan kesan “sukses” yang sebenarnya belum tercapai (fake it till you make it). Inilah sebab orang-orang suka menggunakan kartu kredit, membeli barang-barang mewah, hanya untuk memberikan kesan seolah kita sukses atau dalam keadaan yang baik. Prinsipnya karena memang penampilan itu mempengaruhi bagaimana orang lain akan memperlakukan kita, karena itu tentu kita ingin tampil sebaik mungkin.
Masalahnya adalah terkadang hal seperti ini membuat kita kehilangan kesempatan mendapat bantuan dari orang lain, mungkin saja saat kita sedang kesulitan finansial, teman kita memiliki lowongan kerja yang bagus diperusahaannya namun karena dia berpikir Anda baik-baik saja maka dia tidak membahas kesempatan kerja itu sama sekali.
Sebagian besar orang takut jujur terbuka karena kita takut akan apa yang orang lain pikirkan tentang diri kita. Kita takut orang lain berpikir kita bangkrut, kita gagal, atau kita sedang susah. Kita takut kehilangan segalanya termasuk image “sukses” dipikiran orang lain. Memang jarang sekali ada orang yang bisa terbuka secara blak-blakan mengenai keadaannya terhadap semua orang, entah karena minder, malu, takut, atau memang merasa hal tersebut tidak penting untuk dibicarakan.
Tapi satu hal yang pasti, jika Anda butuh bantuan maka mintalah, banyak orang yang sebenarnya butuh bantuan namun tidak pernah mendapatkan bantuan tersebut hanya karena mereka tidak meminta. Untuk orang lain bisa membantu kita, kita juga perlu jujur dengan keadaan kita seperti apa, atau setidaknya berikan sudut pandang (perspektif) Anda supaya orang lainpun bisa membantu Anda dengan lebih baik lagi.
Dan juga salah satu kerugian terbesar dalam “fake it till you make it” adalah kemungkinan besar Anda akan menarik perhatian orang-orang palsu (yang sama-sama melakukan fake it till you make it), akhirnya Anda hanya membentuk suatu hubungan “dengan kondisi tertentu”, orang-orang seperti ini sangat mudah datang dan pergi dalam hidup Anda, tentunya Anda tidak ingin menghabiskan waktu untuk membangun hubungan seperti ini.
Karena itu bijaklah dalam kejujuran. Pahami kapan harus tidak jujur dan kapan harus terbuka. Pelajari apa yang sebaiknya Anda katakan terhadap orang lain dan juga tentang diri Anda sendiri, karena memang ada saat dimana Anda harus jujur terbuka dan saat dimana Anda tidak perlu berterus terang.
- Berhati-hatilah saat membicarakan tentang diri Anda sendiri khususnya tentang kelemahan dan kondisi Anda, sebagian orang justru akan memanfaatkan keadaan Anda.
- Tampilah sebaik mungkin dihadapan umum, jika harus berpura-pura (fake it) maka berpura-puralah, dan biarkan diri Anda jujur terbuka (rentan) terhadap mereka yang betul-betul peduli dengan diri Anda.
- Ketahuilah kapan Anda memang butuh bantuan, dan beranikan diri untuk meminta.
- Fake it till you make it namun tidak selamanya kita bisa berpura-pura, cepat atau lambat Anda harus mengimprove apa yang Anda “palsukan” menjadi kenyataan (realita).
Kejujuran terhadap orang-orang yang peduli pada Anda akan membawa kepercayaan, dan kepura-puraan (fake) dihadapan orang lain akan membawa rasa percaya diri karena itu kombinasi keduanya akan memberikan energi yang sangat kuat untuk meraih kesuksesan Anda.
Baca Juga :