Dalil Hukum Maulid Nabi Muhammad SAW
Sabtu, 31 Desember 2016
Berdasarkan kajian hukum Islam yang bersumber dari Dayah terbesar di Aceh berikut dipaparkan tentang Dalil Hukum Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, berikut ini adalah beberapa dalil syar’i yang disebutkan oleh para ulama tentang Maulid adalah:
Dalam Al-qur’an disebutkan do’a sejahtera pada hari kelahiran para Nabi seperti kata Nabi Isa AS, firman Allah SWT dalam surat Maryam ayat 33 berbunyi:
وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ
“dan kesejahteraan atasku pada hari kelahirannku”.
Maka Nabi Muhammad SAW juga lebih berhak untuk mendapatkan do’a sejatera pada hari kelahirannya. Dalam Al-Qur’anul karim, disampaikan kepada kita semua untuk mengingat hari-hari bersejarah, dimana Allah menurunkan nikmat yang besar pada hari tersebut, Firman Allah surat Ibrahim ayat 5:
وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآياتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah, Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.”
Juga dalam surat Al-Jatsiyah ayat 14, berbunyi:
قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah”
Dalam ayat tersebut dapat diketahui bahwa, Allah SWT menyuruh kepada kita semua untuk mengingat hari-hari-NYA, secara zahir hari yang dimaksud tersebut adalah hari kesabaran dan penuh syukur serta yang diharapkan dari hari tersebut adalah barakah yang Allah SWT ciptakan pada hari tersebut, karena hari hanyalah satu makhluk Allah ta’ala yang tidak mampu memberi manfaat dan mudharat.
Dalam surat Yunus ayat 58:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا
Katakanlah:“Dengan kurnia Allah SWT dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira”
Dalam ayat ini Allah ta’ala memerintahkan kepada kita semua untuk senang atas nikmat Allah berikan. Maka tiada nikmat yang lebih besar dari pada kelahiran Nabi Muhammad SAW. Rasulullah mengatakan bahwa:
أنا الرحمة المهداة
Kisah lain yang menunjuki bahwa dituntutnya untuk memperingati hari bersejarah adalah kisah Nabi SAW berpuasa pada hari Asyura. Ketika Nabi Muhammad SAW memasuki kota Madinah, Rasulullah mendapati yahudi Madinah berpuasa pada hari Asyura. Ketika ditanyakan kepada Yahudi tentang hal tersebut, Si Yahudi menjawab “bahwa pada hari tersebut Allah SWT memberi kemenangan kepada Nabi Musa AS dan Bani Israil atas Fir’aun, maka kami berpuasa untuk mengagungkannya” Rasulullah SAW berkata “kami lebih berhak dengan Musa AS dari pada kamu” kemudian Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk berpuasa pada hari Asyura.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Al-Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalany menjadikan hadits ini sebagai hujjah untuk kebolehan merayakan maulid Nabi.
Ini adalah balasan yang Allah SWT berikan terhadap orang-orang yang menjadi musuh-Nya dan mendapat celaan dalam Al-Qur’an.
فيه ولدت وفيه أُنزل عليَّ
“Itu adalah hari kelahiranku dan hari diturunkan wahyu atasku”.(H.R. Muslim)
Hadits ini tersebut dalam kitab Shahih Muslim jilid 2 halaman 819. Hadits ini menjadi dalil/hujjah yang kuat untuk pelaksanaan maulid, walaupun dilakukan dengan cara yang berbeda, bukan dengan berpuasa seperti Rasululah SAW melainkan dengan menyediakan makanan dan berzikir serta bershalawat, namun ada titik temunya yaitu mensyukuri kelahiran Nabi Muhammad. Imam As-Sayuthy menjadikan hadits ini sebagai Dalil Hukum Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فيه خلق آدم وفيه قبض وفيه النفخة وفيه الصعقة فأكثروا علي من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة علي
“Bahwasanya sebagian hari yang terbaik bagi kamu adalah hari jum`at, pada hari itu di ciptakanlah Nabi Adam AS, wafatnya dan pada hari itu juga ditiupnya sangkakala, maka perbanyaklah berselawat kepadaku pada hari juma`at, karena shalawat kamu didatangkan kepada ku ” (H.R. Abu Daud)
Rasulullah SAW telah memuliakan hari jum’at, karena pada hari tersebut Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS. Hal ini juga termasuk hal yang dapat diqiyaskan kepada memperingati maulid Nabi muhammad SAW.
وَكُلّاً نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ
“Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepada kamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu”
Membacakan kisah kehidupan Rasulullah SAW sebagaimana dilakukan ketika memperingati hari maulid juga mampu meneguhkan hati kita sebagai manusia yang lemah, bahkan kita lebih membutuhkan peneguh hati ketimbang Rasulullah SAW.
8. Firman Allah SWT dalam surat Yunus ayat 58:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah:“Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. karunia Allah SWT dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Dalam ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk berbahagia atas semua karunia dan rahmat-NYA, termasuk salah satu rahmat-Nya yang sangat besar adalah Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dalam firman Allah surat Al Anbiya ayat 107:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Bahkan sebagian ahli tafsir sendiri mengatakan bahwa kalimat rahmat pada surat Yunus ayat 58 dimaksudkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan menjadikan surat Al-Anbiya ayat 107 sebagai penafsirnya, sebagaimana terdapat dalam tafsir Durar Al-Manstur karangan Imam As Sayuti, tafsir Al-Alusty fi Ruh Al Ma’any dan tafsir Ibnu Jauzy.
Dapat disimpulkan bahwa, terdapat perintah untuk bahagia atas datangnya Rasulullah SAW, kesenangan tersebut dapat diungkapkan antara lain seperti menyediakan makanan kepada orang lain, bersedaqah, berkumpul sambil berzikir dan berselawat, dll.
Referensi:
- MERAYAKAN MAULID TERMASUK DALAM MEMBESARKAN KELAHIRAN PARA NABI
Dalam Al-qur’an disebutkan do’a sejahtera pada hari kelahiran para Nabi seperti kata Nabi Isa AS, firman Allah SWT dalam surat Maryam ayat 33 berbunyi:
وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ
“dan kesejahteraan atasku pada hari kelahirannku”.
Maka Nabi Muhammad SAW juga lebih berhak untuk mendapatkan do’a sejatera pada hari kelahirannya. Dalam Al-Qur’anul karim, disampaikan kepada kita semua untuk mengingat hari-hari bersejarah, dimana Allah menurunkan nikmat yang besar pada hari tersebut, Firman Allah surat Ibrahim ayat 5:
وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآياتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah, Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.”
Juga dalam surat Al-Jatsiyah ayat 14, berbunyi:
قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah”
Dalam ayat tersebut dapat diketahui bahwa, Allah SWT menyuruh kepada kita semua untuk mengingat hari-hari-NYA, secara zahir hari yang dimaksud tersebut adalah hari kesabaran dan penuh syukur serta yang diharapkan dari hari tersebut adalah barakah yang Allah SWT ciptakan pada hari tersebut, karena hari hanyalah satu makhluk Allah ta’ala yang tidak mampu memberi manfaat dan mudharat.
Dalam surat Yunus ayat 58:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا
Katakanlah:“Dengan kurnia Allah SWT dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira”
Dalam ayat ini Allah ta’ala memerintahkan kepada kita semua untuk senang atas nikmat Allah berikan. Maka tiada nikmat yang lebih besar dari pada kelahiran Nabi Muhammad SAW. Rasulullah mengatakan bahwa:
أنا الرحمة المهداة
Kisah lain yang menunjuki bahwa dituntutnya untuk memperingati hari bersejarah adalah kisah Nabi SAW berpuasa pada hari Asyura. Ketika Nabi Muhammad SAW memasuki kota Madinah, Rasulullah mendapati yahudi Madinah berpuasa pada hari Asyura. Ketika ditanyakan kepada Yahudi tentang hal tersebut, Si Yahudi menjawab “bahwa pada hari tersebut Allah SWT memberi kemenangan kepada Nabi Musa AS dan Bani Israil atas Fir’aun, maka kami berpuasa untuk mengagungkannya” Rasulullah SAW berkata “kami lebih berhak dengan Musa AS dari pada kamu” kemudian Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk berpuasa pada hari Asyura.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Al-Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalany menjadikan hadits ini sebagai hujjah untuk kebolehan merayakan maulid Nabi.
- KISAH SUWAIBAH ASLAMIYAH YANG DIMERDEKAKAN OLEH ABU LAHAB KARENA KEGEMBIRAANNYA ATAS KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW
Ini adalah balasan yang Allah SWT berikan terhadap orang-orang yang menjadi musuh-Nya dan mendapat celaan dalam Al-Qur’an.
- RASULULLAH SAW SENDIRI PERNAH MERAYAKAN HARI KELAHIRAN BELIAU SENDIRI YAITU DENGAN BERPUASA PADA HARI SENIN
فيه ولدت وفيه أُنزل عليَّ
“Itu adalah hari kelahiranku dan hari diturunkan wahyu atasku”.(H.R. Muslim)
Hadits ini tersebut dalam kitab Shahih Muslim jilid 2 halaman 819. Hadits ini menjadi dalil/hujjah yang kuat untuk pelaksanaan maulid, walaupun dilakukan dengan cara yang berbeda, bukan dengan berpuasa seperti Rasululah SAW melainkan dengan menyediakan makanan dan berzikir serta bershalawat, namun ada titik temunya yaitu mensyukuri kelahiran Nabi Muhammad. Imam As-Sayuthy menjadikan hadits ini sebagai Dalil Hukum Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
- RASULULLAH SAW PERNAH MENYEMBELIH HEWAN UNTUK AQIQAH UNTUK BELIAU SENDIRI SETELAH MENJADI NABI
- NABI MUHAMMAD SAW MEMULIAKAN HARI JUM’AT KARENA HARI TERSEBUT ADALAH HARI KELAHIRAN NABI ADAM AS
إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فيه خلق آدم وفيه قبض وفيه النفخة وفيه الصعقة فأكثروا علي من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة علي
“Bahwasanya sebagian hari yang terbaik bagi kamu adalah hari jum`at, pada hari itu di ciptakanlah Nabi Adam AS, wafatnya dan pada hari itu juga ditiupnya sangkakala, maka perbanyaklah berselawat kepadaku pada hari juma`at, karena shalawat kamu didatangkan kepada ku ” (H.R. Abu Daud)
Rasulullah SAW telah memuliakan hari jum’at, karena pada hari tersebut Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS. Hal ini juga termasuk hal yang dapat diqiyaskan kepada memperingati maulid Nabi muhammad SAW.
- ALLAH SWT MENYEBUTKAN KISAH-KISAH PARA AMBIA DALAM AL-QUR’AN SEPERTI KISAH KELAHIRAN NABI YAHYA, SITI MARYAMDAN NABI MUSA AS
وَكُلّاً نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ
“Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepada kamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu”
Membacakan kisah kehidupan Rasulullah SAW sebagaimana dilakukan ketika memperingati hari maulid juga mampu meneguhkan hati kita sebagai manusia yang lemah, bahkan kita lebih membutuhkan peneguh hati ketimbang Rasulullah SAW.
- MAULID MERUPAKAN SATU WASILAH/PERANTARA UNTUK BERBUAT KEBAIKAN DAN TAAT
8. Firman Allah SWT dalam surat Yunus ayat 58:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah:“Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. karunia Allah SWT dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Dalam ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk berbahagia atas semua karunia dan rahmat-NYA, termasuk salah satu rahmat-Nya yang sangat besar adalah Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dalam firman Allah surat Al Anbiya ayat 107:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Bahkan sebagian ahli tafsir sendiri mengatakan bahwa kalimat rahmat pada surat Yunus ayat 58 dimaksudkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan menjadikan surat Al-Anbiya ayat 107 sebagai penafsirnya, sebagaimana terdapat dalam tafsir Durar Al-Manstur karangan Imam As Sayuti, tafsir Al-Alusty fi Ruh Al Ma’any dan tafsir Ibnu Jauzy.
Dapat disimpulkan bahwa, terdapat perintah untuk bahagia atas datangnya Rasulullah SAW, kesenangan tersebut dapat diungkapkan antara lain seperti menyediakan makanan kepada orang lain, bersedaqah, berkumpul sambil berzikir dan berselawat, dll.
- PERAYAAN MAULID NABI SAW BUKANLAH SATU IBADAH TAUQIFIYAH
Referensi:
- Imam Jalaluddin As Sayuthy, Hawi Lil Fatawy
- Prof.Sayyid Muhammad Alawy Al Hasany, Haul Ihtifal bi Maulid An Nabi Syarif
- Habib Ali bin Muhammad Al Hadramy, Tahqiqul Bid`ah
- DR. Adullah Kamil, Kalimat Hadiah fi Ihtifal bi Maulidin Nabawi