Waktu yang Tepat untuk Berhenti Kerja
Sabtu, 14 April 2018
Sebenarnya, tidak pernah ada waktu yang tepat untuk berhenti kerja. Ketika atasan Anda mendengar pengajuan pengunduran diri dari karyawan, pasti hatinya merasa tidak enak. Meski sebenarnya, sang bos baru saja mengalami hari yang baik.
Setelah tahu kenyataan pahit ini, maka Anda harus hati-hati sebelum memutuskan pengunduran diri. Bahkan, jika Anda sudah jenuh dan membenci pekerjaan, jangan berhenti kerja secara tiba-tiba. Jika Anda resign di saat yang tidak tepat, akan berpengaruh pada kompensasi yang mungkin didapat dari perusahaan, dan bahkan berdampak negatif pada karier di masa mendatang. Berikut beberapa waktu berhenti kerja yang salah yang disarikan dari Thebalance.com.
Setelah bertengkar hebat dengan atasan atau rekan kerja. Mungkin Anda pernah terlibat konflik dengan bos atau teman sekantor. Anda kesal setengah mati sehingga langsung memutuskan mengundurkan diri. Bahkan, saking marahnya, Anda hanya mengajukan surat kepada atasan dan divisi sumber daya manusia dan atasan secara formal. Anda tidak mau lagi bertatap muka apalagi berbicara. Kalau bisa, Anda langsung saja ‘menghilang’ dari kantor. Padahal, saat tensi sedang tinggi, Anda seharusnya bisa menahan diri. Kalau konflik ini begitu mengganggu, sebaiknya Anda selesaikan dulu. Setelah itu, Anda baru bisa memikirkan langkah selajutnya. Pikirkan. Apakah Anda benar-benar ingin pergi atau tidak?
Ketika Anda tidak punya pekerjaan penganti. Mendapatkan pekerjaan baru tidak selamanya mudah. Lagipula, Anda akan lebih mudah mendapat pekerjaan ketika menjadi karyawan di perusahaan lain, dibandingkan saat Anda melamar pekerjaan dengan status pengangguran. Jika bergelut di industri dengan pasar kerja yang menurun, maka Anda akan butuh waktu lama sebelum mendapat pekerjaan baru. Saat menunggu, Anda akan kehabisan uang tabungan yang dikumpulkan selama bekerja di perusahaan sebelumnya.
Sebelum dipecat. Jika perusahaan sedang dalam kondisi tiak baik dan Anda merasa akan dipecat, maka Anda perlu memertimbangkan banyak hal. Anda bisa saja berhenti sebelum pemecatan, dengan risiko tidak mendapatkan pesangon. Tapi, Anda akan lebih mudah menjawab pertanyaan pewawancara kerja di perusahaan berikutnya. Namun, jika Anda menunggu sampai dipecat, maka akan mendapat pesangon yang cukup besar. Hanya saja, Anda akan sulit menjelaskan status pengangguran karena dipecat kepada manajer perekrutan di perusahaan berikutnya. Pikirkan pro dan kontra terkait masalah ini. Lalu, putuskan waktu berhenti yang tepat.
Ketika Anda akan mendapatkan promosi. Anda mendapat tawaran kerja yang lebih menarik. Tapi, di saat bersamaan, Anda juga mendengar kalau akan mendapat promosi. Sebaiknya Anda jangan langsung mengundurkan diri. Promosi adalah sesuatu yang baik. Jangan menyia-nyiakan kesempatan ini. Anda bisa mencoba menjalankan posisi dan jabatan baru setelah promosi. Jika Anda resign setelah mendapat promosi, maka CV Anda akan tampak lebih cantik karena ada titel yang lebih mentereng. Mungkin nanti Anda akan mendapat pekerjaan lebih baik di tempat lain.
Ketika Anda tidak punya dana darurat. Jika Anda belum punya pekerjaan baru setelah resign, maka harus menyediakan dana darurat. Uang tersebut harus memenuhi kebutuhan dasar setidaknya dalam satu atau dua bulan. Kalau Anda belum punya dana darurat, sebaiknya jangan mengundurkan diri sekarang.
Jika Anda punya masalah kesehatan. Jika Anda sedang menjalani perawatan dan membutuhkan waktu untuk bolak-balik ke rumah sakit, sebaiknya jangan berhenti kerja. Kalau Anda tidak enak kepada atasan dan rekan kerja karena sering izin, sebaiknya Anda ambil cuti saja. Karyawan tetap biasanya mendapat tunjangan kesehatan lebih baik daripada pegawai baru. Anda bisa mendapatkan keringanan biaya saat menjalani perawatan.
Saat Anda diminta menangani proyek besar. Mungkin Anda merasa tidak percaya diri ketika atasan memberi tugas berat. Maka, Anda berpikir untuk berhenti kerja saja. Bisa jadi hal ini baik buat Anda, tapi belum tentu baik untuk bos dan rekan kerja.Mereka akan menilai Anda sebagai orang yang lari tanggung jawab dan meninggalkan beban untuk teman satu tim.
Sebelum menyelesaikan pelatihan atau sekolah yang didanai perusahaan. Anda sangat beruntung jika mendapat kesempatan cuti untuk bersekolah. Apalagi, jika biaya pendidikan ditanggung perusahaan. Anda tidak boleh berhenti di tengah jalan, saat masih bersekolah, sebab hal itu tidak etis. Lagi pula, perusahaan berharap Anda kembali ke kantor, dan bekerja lebih baik untuk kemajuan perusahaan.