Kenapa Hidup Terasa Tidak Adil

Hidup terasa tidak adil, terlebih jika kita lahir dengan kondisi yang serba sulit, ekonomi kurang/pas-pasan, tampang jelek, jomblo akut, otak juga agak bolot.

Terkecuali kita menang dalam banyak hal, maka kita semua pasti merasa hidup ini tidak adil. Ya kenyataannya “Hidup memang tidak Adil”, terbukti dari pertama kali kita lahir ke dunia ini.

Our “Base” is different, kita hidup dalam “Circumstance” atau keadaan yang berbeda-beda. Ada mereka yang hidup dengan mudah dan mendapatkan hal-hal dengan mudah, lingkungan yang lebih damai dan suportif, keluarga yang lebih berada, kesempatan yang lebih besar dalam meraih pendidikan/pekerjaan/cita-cita dan lain-lain.

Namun bukan berarti kita harus menyalahkan kehidupan yang tidak adil ini, semakin kita menuntut dunia untuk adil, maka akan semakin sedih diri kita karena keadilan itu tidak pernah ada sejak awal. Dunia bermain dengan aturan yang berbeda, aturan yang masuk akal tetapi sedikit membingungkan dan kurang nyaman untuk didengar, oleh sebabnya banyak orang tidak pernah mengerti “Mengapa Hidup Tidak Adil”.

Mari kita bedah sedikit demi sedikit pemahaman kita tentang ketidak-adilan itu:
http://theo-sonatha.blogspot.com/2016/08/kenapa-hidup-terasa-tidak-adil.html

1. Hidup adalah pilihan

Kita percaya bahwa hidup adalah pilihan. Memang hidup adalah pilihan namun kita tidak bisa memilih lahir dimana, kapan kita lahir, siapa keluarga kita, rupa/fisik kita, dan hal-hal yang memang sudah ditakdirkan untuk kita.

Hampir semua orang sekitar 15-20 tahun pertama dalam hidupnya bukanlah pilihan mereka, namun akumulasi dari arahan orang tua/keluarga, sekolah, lingkungan, dan pergaulannya. Hidup adalah pilihan namun opsional kita terbatas sampai pada usia tertentu baru kita bebas menentukan nasib kita sendiri.

http://theo-sonatha.blogspot.com/2016/08/kenapa-hidup-terasa-tidak-adil.html
Bagaimana dengan mereka yang meninggal sebelum mereka bisa memilih jalan hidup mereka (contoh kasus Angeline), apakah mereka betul punya pilihan..? Apakah mereka mau meninggal seperti itu dan memilih hidup seperti itu..? Dari sini kita belajar bahwa hidup memang tidak adil, kita punya pilihan namun ada titik tertentu dimana kita tidak punya pilihan sama sekali.

Termasuk pilihan untuk memandang bahwa hidup ini tidak adil lalu menuntut keadilan (yang tidak akan pernah datang), atau memanfaatkan ketidak-adilan tersebut untuk membuat hidup kita menjadi lebih baik (get used to it).

2. Hidup adalah Kompetisi

Kita sering mendengar bahwa kita tidak bersaing dengan orang lain, musuh terbesar adalah diri sendiri, kita harus mengalahkan diri sendiri, dan seterusnya sampai akhirnya kita tersadar bahwa kita memang harus lebih baik dari orang lain untuk menang.
  • Pekerjaan Anda? Ribuan sarjana lain bahkan sampai robot/program komputer siap menggantikan posisi Anda setiap saat.
  • Bisnis Anda? Seseorang diluar sana mencoba untuk mencuri konsumen/pelanggan Anda dan membunuh bisnis Anda.
  • Pacar Anda/orang yang Anda suka? Wanita/pria lain juga mengincarnya.
http://theo-sonatha.blogspot.com/2016/08/kenapa-hidup-terasa-tidak-adil.html

Kita semua hidup dalam kompetisi, walaupun kita tidak sadar akan hal tersebut. Suatu pencapaian/kesuksesan tetap harus diukur/dibandingkan dengan orang lain, mungkin terdengar tidak enak dan aneh, namun berpikirlah jika tujuan Anda sukses adalah kaya raya misal punya uang 100 miliar (hanya contoh) namun semua orang disekitar Anda dapat meraih penghasilan 10 triliun, masihkan Anda bangga dengan achievement itu? Apakah bisa disebut kesuksesan, saat semua orang menghasilkan 10 triliun dan kita hanya punya 100 miliar..? Sama seperti teknologi yang selalu update dan berkembang begitu pula hidup kita, dulu sarjana s1 jumlahnya hanya sedikit dan orang sangat bangga jika berhasil meraih gelar s1, namun sekarang berapa banyak orang yang punya ijasah s1? masihkah kita bangga dengan itu..? Ya beberapa akan mengatakan bersyukurlah dengan apa yang kita punya dan bla.bla.bla. tapi satu hal yang tidak bisa dipungkiri adalah kita hidup dalam kompetisi dan apapun yang kita lakukan/raih akan selalu dibandingkan dengan pencapaian orang lain.

Kalau hidup bukanlah kompetisi maka kita tidak perlu berjuang keras. Sejarah jaman perang sendiri membuktikan bahwa hidup adalah kompetisi (manusia berebut kekuasaan daerah), dan sampai sekarangpun kita masih hidup dalam kompetisi :
– fresh graduates berebut pekerjaan dan posisi
– Media (televisi, portal berita, dll) berebut perhatian masyarakat
– Perusahaan berebut konsumen/user
– Politikus berebut … (ah sudahlah)
Beruntungnya adalah kita hidup dijaman yang tidak perlu saling membunuh (jaman perang) untuk menjadi sejahtera. Walaupun kesempatan/lapangan pekerjaan terbatas, namun kita tetap dapat berkarya didunia yang penuh dengan peluang ini (bisnis online, youtuber, blog, apps, dan lain-lain) dan memungkinkan setiap orang memiliki kesempatan/peluang namun jangan berpikir bahwa tidak ada kompetisi disana.

Kita berusaha lebih sukses/kaya/pintar/berkedudukan untuk memenangkan hati calon pasangan kita. Kita sekolah tinggi, mencari nilai/IPK tinggi untuk memenangkan interview pekerjaan.

Saat kita membantah adanya kompetisi, berarti kita telah kalah. Apapun itu yang dibutuhkan orang selalu ada dalam kompetisi. Dan mereka yang menang adalah dia yang sungguh-sungguh berjuang dan tidak menyerah untuk memenangkan persaingan itu.

3. Kita Dinilai dari Apa yang Kita Lakukan, Bukan Apa yang Kita Pikir

Masyarakat menilai seseorang dari apa yang dapat mereka lakukan untuk orang lain. Kita semua dinilai dari apa yang kita lakukan, namun kita menilai diri sendiri berdasarkan pikiran kita. Kita menilai diri sendiri bahwa “saya orang baik”, “saya pekerja keras”, “saya lebih baik dari…”, tapi dunia tidak menilai kita seperti itu, dan penilaian kita tentang diri sendiri tidaklah penting. Yang terpenting adalah apa yang bisa dan telah Anda lakukan untuk dunia.
http://theo-sonatha.blogspot.com/2016/08/kenapa-hidup-terasa-tidak-adil.html

Kita sering melihat kuli bangunan, guru, pengamen, supir yang bekerja keras siang-malam mengapa tidak dihargai ketimbang para artis yang hanya joget-joget di acara TV dan mendapat honor jutaan setiap harinya.
Pertanyaannya mengapa bisa seperti itu..? Karena mereka (artis) memberikan impact/dampak kepada orang yang lebih banyak.

Kita bertanya-tanya mengapa girlband/boyband dengan kualitas abal-abal (modal make-up & lip-sync) bisa lebih terkenal dan sukses daripada group lainnya yang lebih berkualitas secara vokal dan dance. Karena mereka yang sukses adalah mereka yang bisa membawa dampak kepada “Jumlah Orang” yang lebih banyak. Dan hal ini berlaku di segala jenis bidang dan talenta.

Mungkin kita membenci fakta ini, mengapa orang joget-joget tidak jelas bisa lebih sukses, tapi realita tidak peduli dengan semua itu, hidup terus berputar, kita dinilai dari apa yang kita lakukan dan jumlah orang yang dapat kita pengaruhi. Jika Anda tidak suka dengan hal ini, maka dunia akan selalu terlihat tidak adil di mata Anda.

4. Konsep Tentang Keadilan adalah Pikiran Kita Sendiri

Manusia suka menciptakan konsep keadilan. Seperti dalam olahraga kita memiliki wasit, dalam pengadilan ada hakim, dalam pertandingan/kontes ada juri.
http://theo-sonatha.blogspot.com/2016/08/kenapa-hidup-terasa-tidak-adil.html

kita semua memiliki pemikiran apa yang benar dan apa yang salah dan berharap dunia sejalan dengan pikiran kita.
Terkadang kita merasa orang lain bodoh, tidak adil, tidak mengerti, dan jahat karena mereka tidak sepemikiran dengan kita.
Kita menuntut mereka harus sepemikiran dengan kita. Mengapa? Karena kita adalah entitas kebenaran yang tidak perlu dipertanyakan kembali.
Terkadang memang benar ada orang/figur yang salah karena tidak sepemikiran dengan kita, bukan berarti mereka sepenuhnya salah/jahat, namun sebagian orang hanyalah mencoba menjalani hidup sebaik mungkin dengan keadaan/posisi yang berbeda dengan keadaan kita. Mungkin mereka memiliki prioritas yang berbeda dengan kita, mungkin mereka tahu sesuatu yang tidak kita ketahui.

Intinya setiap orang memiliki konsep keadilan yang berbeda-beda, mata dibayar mata, ditampar pipi kiri berikan pipi kanan, tangan kanan memberi tangan kiri tidak perlu tahu dan sebagainya.
http://theo-sonatha.blogspot.com/2016/08/kenapa-hidup-terasa-tidak-adil.html

Kenapa Hidup Terasa Tidak Adil ? Keadilan itu hanyalah salah satu idealisme pemikiran manusia, coba kita sedikit renungkan dan balik pertanyaannya menjadi:
Bagaimana jika hidup ini adil untuk semua orang..? Bukankah hidup menjadi semakin kacau jika hidup ini “Adil/Fair” sesuai idealisme kita, semua orang baik pasti sukses, semua orang yang sekolah tinggi pasti sukses, mereka yang bekerja keras pasti sukses, tidak ada kegagalan kecuali Anda malas, perusahaan tidak akan bangkrut/tidak ada usaha yang gagal, semua orang jahat tidak bisa sukses, mereka yang tidak memiliki bakat tidak akan sukses, tidak ada yang lahir dengan kondisi ekonomi berbeda (keluarga kaya/miskin), tidak ada kesenjangan ekonomi dan sosial.

Kebanyakan dari kita terjebak dengan pemikiran “bagaimana dunia seharusnya” dan kita tidak melihat “dunia” yang sebenarnya. Artikel ini bukan untuk mengajak kita menjadi pesimis/berpikiran negatif tentang hidup, namun membuka wawasan kita secara open-minded menghadapi realita kehidupan dan melihat dunia apa adanya, semoga dengan tulisan ini membuka pengertian kita yang baru mengenai dunia dan dengannya memaksimalkan semua potensi kita.

Tidak semua yang disampaikan disini 100% benar namun juga tidak 100% salah, biar bagaimanapun juga tulisan ini adalah opini dari seorang individu dan mari kita belajar bersama-sama saling beropini satu sama lain menambah wawasan yang berguna untuk kehidupan kita semua.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel