Kenapa Apa Yang Kita Inginkan Tidak Tercapai
Sabtu, 17 September 2016
www.theo-sonatha.blogspot.co.id Ada 2 hal utama dalam hidup mengapa Anda tidak bisa mendapatkan sesuatu yang Anda inginkan, yaitu :
- Anda tidak Bisa melakukannya karena faktor luar (Eksternal)
- Anda tidak Mau melakukannya karena faktor Internal
Hampir setiap orang sukses menganggap bahwa nomor 2 adalah faktor utama mereka tidak bisa sukses, sedangkan mereka yang gagal akan selalu merasa nomor 1 adalah penyebab mereka tidak bisa atau mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Kedua alasan tersebut bisa saja benar, tapi mari kita bedah sedikit kedua alasan tersebut apakah memang kita tidak bisa melakukannya karena nomor 2 atau itu semua hanyalah “Alasan” supaya kita bisa menjustifikasi diri dan lari ke nomor 1.
1. Kita Tidak Bisa Melakukannya karena “Faktor Eksternal”
Otak kita sangatlah cerdas, bahkan terkadang otak kita dapat “mengakali” pikiran kita sendiri.
– Pernahkah Anda melihat orang gemuk yang ingin memiliki tubuh kurus/ideal, lalu mereka membaca banyak buku tentang diet, menginstall aplikasi tentang diet, mengikuti forum tentang kesehatan dan sebagainya kecuali makan teratur dan berolahraga (diet).
– Pernahkah Anda melihat orang yang berkata ingin jadi entrepreneur/pengusaha, lalu mereka membaca buku wirausaha, mengikuti seminar kesuksesan, mengambil quotes para pengusaha sukses, mengikuti/update berita tentang entreprenur/pengusaha sukses, dan sebagainya kecuali memulai bisnisnya sendiri.
Banyak dari kita terjebak mengejar hal yang salah karena pikiran kita sendiri.
– Wah orang-orang sukses terlihat sibuk –> Lalu kita bekerja keras supaya terlihat sibuk (melakukan hal-hal yang salah)
– Orang sukses itu terkenal yah –> Kita berusaha meraih/mengumpulkan followers/like di twitter/instagram, dll.. (ketimbang menjadi orang yg betul-betul berharga)
– Orang sukses itu kaya –> Kita berusaha keras supaya terlihat kaya (menghabiskan uang yang kita punya)
– Orang-orang sukses punya kehidupan yang indah/mewah –> kita berusaha terlihat bahagia dengan jalan-jalan keluar negeri, beli barang mewah, makan di restoran mewah, dan lain-lain. (ketimbang menikmati apa yang kita punya dan membangun aset)
Jika kita telah terjebak dengan pola diatas, berhati-hatilah karena tidak selamanya kita bisa berpura-pura dan lupa untuk betul-betul melakukan yang kita inginkan.
Ketika kita terjebak dengan 2 pilihan yaitu: doing nothing or doing something painful, maka otak kita dengan pintar menemukan cara atau “Alasan” untuk tidak melakukan apapun (doing nothing) dan alasan tersebut pasti membingungkan (Complicated). Mengapa membingungkan? Karena dalam kondisi bingung tersebut kita merasa lebih baik, rasa bingung dapat memberi ilusi bahwa kita tidak bersalah seperti :
– “Kita sudah kerja 10 tahun disini, masih gak naik-naik jabatan/dipromosiin, bos kita memang bego dan gak bisa nge-hargain karyawannya”. Orang lain tidak menghargai Anda, berhenti berjuang buat orang yang tidak menghargai usaha Anda.
– “Waduh gimana kita bisa sukses, kita cuma lulusan SMA, gak punya koneksi, cari kerja susah, mau usaha gak ada modal”. Gimana orang bisa menghargai Anda, kalau Anda tidak menghargai diri Anda sendiri.
– “Kita mau sih usaha.. Ah tapi kita gak tau caranya, gak ada yang ngajarin/ngasih tau, gimana kita bisa usaha kalau gak ada yang ngajarin…” Jika tidak ada seseorang yang mengajari Anda, itu bukan salah mereka, tapi Andalah yang harus mencari dan itu adalah masalah Anda.
– “Aduh kayanya gak bakal kurus deh kita, memang sudah takdir kita badan gemuk begini”… No comment..
Apapun itu jika alasannya adalah faktor eksternal maka kemungkinan besar itu hanyalah alasan. Solusinya adalah segera memulai :
– Resign dan cari pekerjaan baru ditempat yg lebih baik
– Bangunlah suatu produk dan jual ke satu orang.– Mulailah berolahraga dan makan teratur.
Segera cari tahu apa yang dibutuhkan untuk melakukan apa yang Anda inginkan.
“Ngomong sih gampang, ngejalaninnya itu kan susah”..
(Kembali lagi kepernyataan diatas, ketika kita terjebak dengan 2 pilihan: doing nothing/doing something painful)
Faktor eksternal/Alasan tersebut akan selalu ada (selamanya) termasuk saat Anda sudah menjabat sebagai manager atau sedang menjaga tubuh kurus Anda atau saat Anda meng-hire karyawan ke-5 Anda…
Karena yang paling penting adalah apa yang bisa kita kendalikan (control), apa yang akan Anda lakukan dengan itu. Gunakan semua yang Anda punya dan dalam kendali (Control) Anda, dan untuk sesuatu yang diluar kemampuan/kontrol/kendali Anda segera lupakan dan move on.
Kebanyakan dari kita selalu membicarakan, memikirkan, memberi tahu tentang masalah kita dan alasan-alasannya tapi tidak pernah benar-benar melakukan sesuatu pada masalah itu. Alasan akan selalu ada dan lucunya alasan tersebut kadang kita ciptakan sendiri.
2. Kita Tidak Mau Melakukannya karena “Faktor Internal”
Kita semua cenderung memutuskan sesuatu berdasarkan emosi terlebih dahulu, lalu baru membuat alasannya kemudian. Dan faktor utama kita tidak melakukan sesuatu yang kita inginkan adalah emosi yang paling kuat diantara semua emosi yang ada yaitu “Rasa Takut/Fear”.
Saat kita takut melakukan sesuatu, maka alam bawah sadar kita selalu menyiapkan alasan yang masuk akal supaya kita tidak melakukannya.
“Susah banget, gak gak punya pengalaman”, “Gak mungkin menang lawan mereka yang sudah sukses/besar/terkenal”, “Gak mungkin bisa dengan keadaan/kondisi kita yang seperti ini” dan lain sebagainya…
Kenapa Apa Yang Kita Inginkan Tidak Tercapai
Dan saat kita berargumen dengan orang seperti itu mereka tetap tidak akan berubah, bahkan saat semua fakta berlawanan dengan pendapat mereka. Mereka tidak menggunakan logika untuk menjawab, tapi mereka menggunakan logika untuk membenarkan pendapat yang telah mereka jawab. Kita semua melakukan itu.
Alasan ada supaya kita merasa lebih baik, namun kadang bisa menipu. Alasan bisa menipu orang lain termasuk diri sendiri, alasan bisa menghindari kesalahan, bahkan alasan dapat menjadi kebanggaan (seandainya kita lahir dari keluarga berada, pasti kita lebih sukses lagi…)
Tapi itu semua tidak menghilangkan “masalah”, dan alasan tidak akan menolong kita.
Pertanyaannya adalah bagaimana saya tahu kalau saya sedang membuat alasan atau memang itu semua diluar kemampuan saya..?
Mungkin pernyataan berikut sedikit mistik atau setengah kebatinan:“I Want Something” –> “All Excuses Are Now Invalid”
Yang artinya saat Anda menginginkan sesuatu, maka semua alasan/alibi tidak menjadi hambatan.
Yang perlu dipertanyakan adalah apakah Anda benar-benar menginginkannya..? (How bad do you want it..?)
– Ya saya mau six pack/berotot/punya badan bagus, tapi saya gak mau kalo harus latihan setiap hari, fitness/push-up, makan teratur, dsb..
– Saya mau kaya, tapi saya gak mau membangun bisnis dari nol capek-capek kerja setiap hari ngatur ini ngatur itu, ngurusin usaha ngatur karyawan, dsb...
– Saya pingin dapet IPK 4, tapi saya gak mau ngikutin semua kuliah full, belajar setelah selesai kelas, ngejar-ngejar dosen/asisten buat tanya-tanya, dsb..
– Saya mau bikin perusahaan game, tapi saya ga mau belajar tentang sales, marketing, negosiasi, bisnis, manage people, dsb..
Saat kita tidak mau melakukan pengorbanan untuk meraih sesuatu, berarti kita tidak betul-betul menginginkannya, dan itu ok-ok saja, terima saja dan carilah sesuatu yang memang Anda sungguh-sungguh rela dan mau berkorban untuk melakukannya..
Karena kalau Anda betul-betul ingin melakukan sesuatu maka semua alasan/excuse tidak ada artinya, semua usaha kita akan terarah untuk menghancurkan semua alasan yang ada.
Orang bodoh manapun bisa menciptakan alasan, bahkan ribuan alasan hanya untuk satu masalah. Alasan tidaklah cukup, sekarang mari kita coba balik dan hancurkan semua alasan itu satu-per-satu…
Contoh Anda ingin menjadi seorang entrepreneur muda yang sukses..
Berikut alasan-alasan yang keluar supaya kita tidak memulai perjalanan kita :– Memulai usaha itu susah banget, gak gampang
Ya begitu juga semua yang berharga itu pasti susah dilakukan. Kalau ga susah bukan usaha namanya.. Ga akan ada status entrepreneur kalau jadi entrepreneur itu mudah..
– Saya masih terlalu muda atau terlalu tua buat mulai usaha
Apakah ada yang melarang kita untuk usaha karena usia? apakah dunia melarang anak umur 15 tahun memulai bisnis..? atau kakek-kakek umur 70 tahun dilarang bisnis..? apakah butuh ijin dari seseorang untuk memulai usaha? Banyak sekali contoh anak muda sukses bisnis di usia 20 tahun atau orang tua yang baru mulai usaha diatas umur 40 tahun bahkan 70 tahun dan sukses.
– Gak ada yang nanggepin saya serius, orang-orang memandang rendah saya, saya ditolak dan sebagainya
Manusia bisa salah dan keliru, saat orang lain menolak kita bukan berarti kita salah dan mereka benar, bisa saja mereka yang keliru. Michael Jordan pernah ditolak saat masuk tim basket di SMA. Walt Disney pernah ditolak karena kurang imajinasi. Setiap orang pasti pernah gagal dan ditolak, kalau Anda gagal bukan berarti Anda salah/tidak pantas, berapa banyak orang yang gagal saat interview pekerjaan di dunia ini, penolakan pasti ada, keep move, and don’t give up.
– Saya tidak tahu caranya
Semua orang lahir ke dunia ini tidak tahu apa-apa, kita semua dari awal tidak tahu caranya menulis, membaca, berjalan, dsb. Dan disinilah Anda sekarang sedang membaca artikel ini (online) gratis, terkoneksi dengan internet (dan seluruh pengetahuan didunia), manfaatkanlah itu semua (internet/google).
– Saya ga punya waktu
Semua orang punya porsi waktu yang sama 24 jam sehari. Be smart, lepaskan sesuatu, pandai-pandailah mengisi waktu Anda, cari cara untuk memulai lebih cepat, jangan habiskan waktu untuk hal-hal tidak berguna..
– Saya tidak sekolah tinggi, cuma lulusan SMP/SMA bahkan saya ga sekolah sama sekali dan tidak berpendidikan
Banyak orang tidak sekolah tinggi sukses, dan lebih hebat dari mereka yang sekolah tinggi. (Cari sendiri di google)
Pendidikan bukan cuma sekolah, kehidupan adalah pendidikan terbaik, dan sekolah bukan cuma soal belajar di kelas, tapi terus belajar sampai kapanpun dan dimanapun.
Pendidikan bisa didapat dari mana saja, dari internet, pengalaman orang, keluarga, teman, sosialisasi, buku, dsb..
– Jadi entrepreneur itu beresiko, bagaimana kalau gagala?
Setiap hari selalu ada resiko, kita berangkat kerja/sekolah naik motor/angkot ada resiko mati dijalan (walaupun kita sudah berkendara dengan hati-hati tapi orang lain belum tentu), semuanya ada resiko termasuk saat kita tidak melakukan apa-apa.
(Quotes dari Mark Zuckerberg : Resiko terbesar adalah tidak mengambil resiko)
Setiap hari ada kemungkinan kecelakaan di jalan, ada kemungkinan bisnis bangkrut dan gagal. Kita bisa mempersiapkan resiko dengan menggunakan helm/sabuk pengaman, atau membaca buku bisnis dan belajar dari mentor bisnis. Bagaimana kalau gagal? .. Hidup terus berputar, bangun lagi dan mulai lagi, setiap orang pasti pernah jatuh dan bukan jatuhnya yang penting, tapi kembali bangkit dan melangkah.
– Ide saya sepertinya kurang bagus dan tidak cocok dijalankan
Hampir semua ide juga begitu, kembali lagi kepada 2 pilihan: doing nothing & doing something painful. Banyak dari kita mengambil langkah yang salah, dan lebih baik salah karena bertindak daripada salah karena tidak melakukan apapun. Tidak penting apakah ini berhasil atau tidak yang terpenting adalah eksekusi, jika gagal, coba lagi yang lain. Kita tidak diwajibkan untuk berhasil, tapi mencoba. Dan kita tidak diwajibkan sukses saat pertama kali mencoba (kebanyakan orang tidak berhasil pada usaha pertamanya) yang terpenting adalah kita melakukannya.
Mungkin terdengar aneh bahwa kita bisa melakukan apapun yang kita mau/inginkan, tapi jika Anda bersedia/ikhlas mencoba maka Anda akan menemukan banyak pilihan, arahan, petunjuk, orang/mentor yang membantu Anda dalam perjalanan Anda.
Kita semua sudah sangat diberkati, kita punya bakat/talenta dan jika itu semua masih belum cukup, kita semua punya “kartu as” yang sangat kuat dan telah kita bahas sejak awal yaitu “Otak”.
Inisiatif otak kita dapat menerobos semua rintangan, dan kondisi/keadaan yang sulit dengan jalan-jalan yang kreatif dan diluar dugaan.
Cobalah tanyakan seseorang suatu pertanyaan. Mereka pasti akan berusaha menjawabnya walaupun tidak mau menjawab dan tidak tahu jawabannya. Mereka mungkin tidak tahu jawabannya, tapi pertanyaan itu akan melekat diotak mereka seperti lubang yang harus ditambal.
Cobalah tanyakan pada diri sendiri, mengapa kita tidak bisa melakukan ini dan itu? Secara reflex kita akan menjawab “mungkin saya memang idiot”, “ah emang ini udah gak mungkin bisa”, apapun jawabannya pasti akan semakin membuat kita depresi..
Akan lebih bijaksana jika kita bertanya pada diri sendiri dengan pertanyaan yang lebih baik, ingatlah seberapapun bodohnya otak kita, apapun pertanyaannya meski sangat bodoh dan mustahil untuk dijawab, otak kita akan berusaha menjawab (seperti lubang yang harus ditambal).
Bagaimana kalau kita bertanya :
– Bagaimana melakukan hal ini dengan lebih baik lagi..? Atau lebih cepat lagi..?
– Gimana caranya ngelakuin ini dengan setengah waktu dari yang biasanya..?
– Gimana caranya menyelesaikan pekerjaan ini dengan setengah usaha dari yang sebelumnya..?
Mungkin trik diatas terlihat bodoh, dan sia-sia. Tapi bertanya membuat otak kita bekerja menggali pikiran kita lebih dalam dan tanpa sadar kita mencari jawabannya secara perlahan-lahan. Dan itu lebih baik daripada terus bertanya mengapa kita tidak bisa dan bla.bla.bla, berhenti mempertanyakan diri sendiri dengan pertanyaan negatif yang membimbing kita kepada sebuah alasan.
Terakhir untuk menutup artikel ini, ingatlah quotes Albert Einstein : “The important thing is not to stop questioning. Curiosity has its own reason for existing.”